Minggu, 30 Mei 2010

Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah binti Abu Bakar ash Shiddiq ra.

Ibnu Qoyyim al Jauziyah menyebutkan tentang perkawinan Nabi saw dengan Aisyah. Ia adalah seorang wanita yang disucikan dari langit ketujuh. Ia adalah kekasih Rasulullah saw yang disodorkan oleh para malaikat dengan tertutupi secarik kain sutera sebelum beliau saw menikahinya, dan malaikat itu mengatakan,”Ini adalah isterimu.” (HR. Bukhori dan Muslim). Beliau saw menikahinya pada bulan Syawal yang pada saat itu Aisyah berusia 6 tahun dan mulai digaulinya pada bulan syawal setahun setelah hijrah pada usianya 9 tahun. Rasulullah saw tidak menikahi seorang perawan pun selain dirinya, tidak ada wahyu yang turun kepada Rasulullah saw untuk menikahi seorang wanita pun kecuali Aisyah ra.” (Zaadul Ma’ad juz I hal 105 – 106

Beberapa dalil lainnya tentang pernikahan Rasulullah saw dengan Aisyah telah dijelaskan dalam hadits-hadits shohih berikut :

  1. Dari Aisyah ra bahwasanya Nabi saw berkata kepadanya, ”Aku telah melihat kamu di dalam mimpi sebanyak dua kali. Aku melihat kamu tertutupi secarik kain sutera. Dan Malaikat itu mengatakan, ’Inilah isterimu, singkaplah.” Dan ternyata dia adalah kamu, maka aku katakan, ’Bahwa ini adalah ketetapan dari Allah.” (HR. Bukhori)
  2. Diceritakan oleh Ubaid bin Ismail, diceritakan oleh Abu Usamah dari Hisyam dari Ayahnya berkata, ”Khodijah ra telah meninggal dunia tiga tahun sebelum Rasulullah saw berhijrah ke Madinah. Kemudian beliau saw berdiam diri dua tahun atau seperti masa itu. Beliau saw menikah dengan Aisyah ra pada usia 6 tahun. Dan Rasulullah saw menggaulinya pada saat Aisyah berusia 9 tahun” (HR. Bukhori)
  3. Dari Aisyah ra berkata, ”Rasulullah saw menikahiku di bulan syawal dan menggauliku juga di bulan syawal. Maka siapakah dari isteri-isteri Rasulullah saw yang lebih menyenangkan di sisinya dari diriku? Dia berkata, ’Sesungguhnya Aisyah menyukai jika ia digauli pada bulan syawal.” (HR. Muslim)

Disebutkan di dalam kitab Usdul Ghobah, ”Aisyah binti Abu Bakar ash Shiddiq. Ia adalah ash-Shiddiqoh binti ash Shiddiq, ibu orang-orang beriman, isteri Nabi saw dan yang paling terkenal dari semua istrinya saw. Ibunya bernama Ummu Ruman putri dari ‘Amir bin Uwaimir bin Abdisy Syams bin ‘Attab bin Udzainah bin Suba’i bin Duhman bin al Harits bin Ghonam bin Malik bin Kinanah al Kinanah. Rasulullah menikahinya pada saat 2 tahun sebelum hijrah dan dia masih anak-anak, Abu Ubaidah mengatakan : 3 tahun, ada yang mengatakan : 4 tahun ada yang mengatakan : 5 tahun. Umurnya saat dinikahi oleh Rasulullah saw adalah 6 tahun, ada yang mengatakan 7 tahun. Dan mulai digauli oleh Rasulullah saw pada usia 9 tahun di Madinah…… Aisyah meninggal di usia 57 tahun, ada yang mengatakan 58 tahun di malam Selasa pada tanggal 17 malam di bulan Ramadhan dan dia meminta agar dimakamkan di Baqi’ pada waktu malam hari… Usianya tatkala Nabi saw meninggal baru 18 tahun.” (Usdul Ghobah juz III hal 383 – 385, Maktabah Syamilah)

Ibnu Ishaq mengatakan, ”Kemudian Nabi saw menikahi Aisyah setelah Saodah binti Zam’ah setelah tiga tahun meninggalnya Khodijah. Dan Aisyah pada saat itu berusia 6 tahun dan digauli oleh Rasulullah saw pada usia 9 tahun. Rasulullah saw meninggal pada saat usia Aisyah 18 tahun.” (as Siroh an Nabawiyah liibni Ishaq juz I hal 90, Maktabah Syamilah)

Perkataan bahwa Rasulullah saw menikahi Aisyah pada usia 6 tahun dan menggaulinya pada usia 9 tahun adalah hal yang tidak ada perbedaan di kalangan ulama—karena telah diterangkan dalam banyak hadits-hadits shohih—dan Rasulullah saw menggaulinya pada tahun ke-2 setelah hijrah ke Madinah. (al Bidayah wan Nihayah juz III hal 137)

Berdasarkan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim serta pendapat para ahli sejarah islam, menunjukkan bahwa usia perkawinan Aisyah dengan Rasulullah saw adalah 6 tahun meskipun kemudian digauli pada usianya 9 tahun. Pernikahan beliau saw dengan Aisyah adalah dalam rangka menjalin kasih sayang dan menguatkan persaudaraan antara beliau saw dengan ayahnya, Abu Bakar ash Shiddiq, yang sudah berlangsung sejak masa sebelum kenabian.

Dan pernikahan Aisyah pada usia yang masih 6 tahun dan mulai digauli pada usia 9 tahun bukanlah hal yang aneh, karena bisa jadi para wanita di satu daerah berbeda batas usia balighnya dibanding dengan para wanita di daerah lainnya. Hal ini ditunjukan dengan terjadinya perbedaan di antara para ulama mengenai batas minimal usia wanita mendapatkan haidh sebagai tanda bahwa ia sudah baligh.

  1. Imam Malik, al Laits, Ahmad,. Ishaq dan Abu Tsaur berpendapat bahwa batas usia baligh adalah tumbuhnya bulu-bulu di sekitar kemaluan, sementara kebanyakan para ulama madzhab Maliki berpendapat bahwa batasan usia haidh untuk perempuan dan laki-laki adalah 17 tahun atau 18 tahun.
  2. Abu Hanifah berpendapat bahwa usia baligh adalah 19 tahun atau 18 tahun bagi laki-laki dan 17 tahun bagi wanita.
  3. Syafi’i, Ahmad, Ibnu Wahab dan jumhur berpendapat bahwa hal itu adalah pada usia sempurna 15 tahun. Bahkan Imam Syafi’i pernah bertemu dengan seorang wanita yang sudah mendapat monopouse pada usia 21 tahun dan dia mendapat haidh pada usia persis 9 tahun dan melahirkan seorang bayi perempuan pada usia persis 10 tahun. Dan hal seperti ini terjadi lagi pada anak perempuannya. (Disarikan dari Fathul Bari juz V hal 310)

Perbedaan para imam madzhab di atas mengenai usia baligh sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan kultur di tempat mereka tinggal. Imam Abu Hanifah tinggal di Kufah, Iraq. Imam Malik tinggal di kota Rasulullah saw, Madinah. Imam Syafi’i tinggal berpindah-pindah mulai dari Madinah, Baghdad, Hijaz hingga Mesir dan ditempat terakhir inilah beliau meninggal. Sedangkan Imam Ahmad tinggal di Baghdad.

Wallahu A’lam, inilah yang saya fahami dari nash-nash tersebut, kalau pun ada yang berpendapat lain dalam hal ini tentunya tidaklah dipersalahkan sebagaimana perbedaan yang sering terjadi diantara para imam dalam suatu permasalahan fiqih namun sikap saling menghargai dan tidak memaksakan pendapatnya tetap terjalin diantara mereka. Perbedaan pendapat dikalangan kaum muslimin selama bukan masuk wilayah aqidah adalah rahmat dan sebagai khazanah ilmiyah yang harus disyukuri untuk kemudian bisa terus menjadi bahan kajian kaum muslimin.

Doa harian

1. Allahumma Alhimni rusydii wa- a-'idznii min syari nafsii

(Ya Allah, ilhamkan kepadaku kecerdasan dan lindungilah aku dari kejahatan nafsuku)

2. Robbi shrohri sodri wayasirli amri wahlul ukdatan milisani, yafkahu kauli

3. Allahumma yaa man nuuruhuu fi-sirrihii wasiruhuu fii khalqihii,akhfinii 'ana' yunnin naadhiirin waquluubil hasidin waa baaghiin kamaa akhfaitar ruuha fil jasadi, innaka ' alaa kulli syai in qadiir

(Ya Allah Tuhan yg nurNya berada dalam rahasiaNya dan rahasiaNya berada dalam mahlukNya. Lindungilah aku dari penglihatan orang2 yg mengintai, dari hati orang2 hasut dan orang2 dzalim, seperti Engkau melindungi ruh manusia dalam tubuhnya, sesungguhnya Engkau maha kuasa atas tiap - tiap sesuatu)

4. Allahumma laa sahla, illa maa ja altahuu sahlan,wa anta taj alul hazna in syita sahlaa

( ya Allah tidak ada yg mudah, kecuali sesuatu yg Engkau jadikan mudah, Engkaulah yg menjadikan yg susah itu mudah ).

5. Rabbi idnii 'ilman warzuqni fahmaa

(Ya Allah, tambahkan kepadaku ilmu dan berilah aku faham dan pengertian yg baik ).

6. Allahummaftahlii hikmataka wansyur ' alaiya rahmataka min khazaaini rahmatika yaa arhamarraahimiin.

(ya Allah, bukakanlah kepada kami hikmatMu dan limpahkanlah atas kami rahmat dari perbendaharaan rahmatMu, ya Allah Tuhan kami yang maha kasih sayang )

7.Doa mohon dibukakan pintu rizki dan pintu kebajikan

Allaahummaftah alainaa abwaabal khairi wa abwaabal barakati wa abwaaban ni'mati wa abwaabar rizqi wa abwaabal quw-wati wa abwaabash - shih- hati wa abwaabas salaamati wa abwaabal jannah.

Allahumma 'aafina min kulli balaa'id dun yaa wa adzaabil aakhirah

wah - rif 'annaa bihaqqil quranil 'adhiim wa nabiyyikal kariim syarraddunyaa wasyarral aakhirah.Ghafarallahulanaa wa lahum biramatika yaa arhamarraahimiin.

Ya Allah Tuhan kami, bukakanlah atas kami pintu kebajikan, pintu berkah, pintu kekuatan, pintu rizki, pintu kesehatan, pintu keselamatan dan pintu surga

Ya Allah Tuhan kami, hindarkanlah kami dari bala dunia dan bala akhirat. Jauhkanlah kepada kami dengan kebenaran al - Quraan yang besar dan nabiMu yang mulia dari kejahatan dunia dan kejahatan akhirat.

Semoga Allah mengampuni kami dan mereka (kaum muslimin dan muslimat) dengan rahmat Tuhan yang maha pengasih



tawasul: kepada rasulullah,kepada malaykat jibril,mikail,

izrafil,izrail,kepda nabi sulaiman,dan kepada nabi khaidir.

RABANA LAKAL HAMDUMIL US SAMAWATI WAMIL UL ARDLI WAMIL U MA SYI'TA MIN SYAI IN BADU


IFTITAH

ALLAHU AKBAR KABIRAU

WALHAMDULILLAHI KATSIRA

WASUBHANALLAHI BUKRATAN WAASHIILA

INNI WAJ JAHTU WAHJHIYA LILADZII FATARAS SAMA WATI WAL ARDHA HANIFAM MUSLIMAH

WAMA ANA MINAL MUSYIRIKIN

INNA SHALATI WANUSUKI WAMAH YAYA

WA MAMATII LILLAHI RABBIL ALAMIN

LA SYARIKA LAHU WABDZILIKA UMIRTU WA ANAA MINAL MUSLIMIN

QUNUT

ALLAHUMMADINI FIMAN HADAIT WAAFINI FIMAN AAFAIT

WATAWALANI FIMAN TAWALAIT WABARIKLI FIMA A'THAIT

WAQINI SYARAMA QADLAIT

FA INAKA TAQDLI WALA YUQDLA ALAIK

WA INAHU LAYADZILLU MAN WAALAIT WALLA YAIZU MAN AADAIT

TABARAKTA RABBANA WA TA'ALAIT

FALAKAL HAMDU'ALAA MA QADLAIT

ASTAFIRUKA WA ATUBU ILAIK

WASHALALAHU' ALAA SYADINAA MUHAMIDIN

NABIYIL UMIYI WA ALAA AALIHI WASHABIHI- WASALAM


BIS RR

ALHAMDULILLAHI RABBIL ALAMIN

WAS SHALAATU WASALAAMU ALLA SAYIDINA MUHAMADIN WA ALLA ALIHI WA SHABIHI AJMA'IN

ALLAHUMMA INNA NAS ALUKAL AFWA WAL AAFIYATA WAL MU'AAFAA

TADDAA IMATA FIDINI WADUNIYA WAL AAKHIRAH

ALLAHUMA AHSIN AAQIBATANA FIL UMURI KULIHA WA AJIRNA MIN KHIZYIDUNIYA WA ADZABIL AKHIRAH

ALLAHUMA INNA NAS ALUKA MINAL KHAIRI KULIHI AAJILIHI WA AAJILIHI MA ALIMNAA MINHU WAMAA LAM NALAM

RABBANA AATINA FIDDUNIYA HASANAH

WAFIL AKHIRATI HASANAH

WAQINA ADZABANNAAR

WASHALALAHU ALLA SAYIDINA MUHAMADIN WA ALAA AALIHI WASABIHII WASALLAM

DOA RIZQY

ALLAHUMMA MARZUQNI RIZQAN HALAALAN THAYIBAN WASTA'MILNI THAYYIBBA

ALLAHUMMAJ'AL AWSA 'A RIZQIKA ALAYYA INDAKIBARISINI, WANQITHAA 'I ' UMRII

ALLAHUMA MAKFINII BIHALAALIKA 'ANHARAAMIKA WAGHNINII BIFADLIKKA AMMANSIWAK

ALLAHUMA INNI AS ALUKA RIZQAN WAASI'AN NAAFI'AA

ALLAHUMA INNI AS ALUKANNA 'IIMMALMUQII

MALLADZII LAAYAHUULU WALAAYAZUULU

DOA HEALING

RABBUNALLAHULLADZII FISSAMAA I TAQADDA SA ISMUKA,

AMRUKA FISSAMMA I WAL ARDLI,

KAMAA RAHMATUKA FISSAMAA I FAJ'AL RAHMATIKA FIL ARDI FAGHFIR

LANAA HAUBANAAWAKHATHAA

YAANAA ANTARABBUTHTHAYYIBIINA



Kamis, 20 Mei 2010

Imam Bukhori Dalam Berdagang

Pernah suatu ketika sejumlah barang dibawa kepada Imam Bukhori. Barang itu dikirim oleh Abu Hafsh yang merupakan salah seorang murid istimewa dari ayah beliau. Sekelompok pedagang berkumpul ke tempat beliau dalam rangka mencari ma’isyah. Mereka meminta barang itu dengan memberikan keuntungan kepada beliau sebesar lima ribu dirham. Beliau mengatakan kepada mereka, “Baik, kalian boleh pergi dahulu malam ini.”
Keesokan harinya, datanglah sekelompok pedagang yang lain. Mereka meminta barang tersebut dari beliau dengan memberi keuntungan senilai sepuluh ribu dirham.

Tetapi beliau menolaknya seraya mengatakan, “Tadi malam aku sudah berniat memberikannya kepada pedagang-pedagang yang pertama.” Akhirnya barang tadi diberikan kepada kelompok yang pertama dan beliau berkata, ”Saya tidak suka membatalkan niatku sendiri.”

Jadi Imam Bukhori Rohimahullah ingin selalu mengutamakan orang lain dalam dirinya, serta menjauhkan diri dari rasa cinta terhadap harta yang mana ini termasuk bagian dari sifat yang tidak baik. Lanjut....