Sabtu, 27 Maret 2010

Tujuh Mata Air


A`udzu billahi min asy-Syaythaanir-rajiim. Bismillaahir-rahmaanir­rahiim. Destuur ya sayyidi madad. Nawaytul arba`iin, nawaytul ‘itikaf, nawaytul khalwa, nawaytul `uzla, nawatul riyaadha, nawaytus suluk, fii hadzal masjid lillahi ta`ala al-`azhiim. 

Al-hal adalah kondisi ruhaniah seseorang, yang menentukan sampai ke level mana dia akan diangkat dan bagaimana dia mengalami (menangani?) inspirasi melalui hatinya. Sebagian besar, hal adalah hasil olah amalnya.
Al-feyd adalah pancaran (emanasi) luar (yang nampak) atau pancaran cahaya surgawi yang dikirim langsung oleh Allah, yang turun kepada seseorang tanpa upaya atau interferensi orang tersebut. Keduanya menimbulkan rasa yang berbeda dalam diri pribadi tadi.
Grandsyaikh `Abdullah Fa`iz ad-Daghestani k mengatakan bahwa karakteristik yang bermacam-macam ini datang kepada seseorang dari tujuh mata air yang berbeda, masing-masing mengalir dari sumber yang khas (unik). Kondisi yang beragam yang dialami seseorang dipengaruhi oleh jenis khusus malaikat yang ditugasi Allah untuk membantu mereka berproses dari level ruhaniah satu ke level berikutnya.  Level mata air surgawi pertama di antara tujuh mata air itu diselenggarakan oleh malaikat yang khusus diciptakan dan ditugaskan Allah untuk mengilhami tindakan para hamba-Nya. 
Para malaikat ini mengirimkan pikiran, ilham atau inspirasi dan kuasa, yang kesemuanya itu merubah seseorang yang secara visual nampak. Para malaikat ini sesungguhnya memberi petunjuk kepadanya melalui inspirasi. Dia mengalami perasaan lega, bahagia dan melayang, atau sesak karena gangguan atau distraksi dan ketidakbahagiaan. 
Seseorang pada level (maqam) ini, kalau tidak dalam keadaan merasa lega, ya dalam keadaan merasa sempit. Itu semua tergantung bagaimana hatinya mengolah inspirasi yang menggerakkannya melalui keadaan (rasa) yang berbeda itu, kalau dia tidak tertawa, ya dia menangis, atau dalam keadaan bingung. Juga, bagaimana hatinya mengolah inspirasi ini tergantung amalnya.
Jika dia melakukan kesalahan dia mungkin menangis dan merasa jera (taubat). Jika dia melakukan kebaikan, dia mungkin merasa bahagia atau sukacita (ridha) bahwa Allah ridha kepadanya. Jika dia bersikap baik dalam segala situasi dan keadaan, masya Allah, melakukan dzikir, sukacita, menerima tajalli Allah, dia akan berada dalam keadaan melayang-layang (ekstasi), tersenyum, atau menangis karena cintanya kepada Allah atau karena rasa takut kepada-Nya.
Kesemua ragam rasa (situasi batin) ini diilhami oleh malaikat tadi, dan disebut sebagai hal: situasi batin yang dialami oleh hamba Allah. Segala sesuatu di dunia ini dijaga dan diawasi oleh malaikat yang telah ditugaskan Allah dengan kewajiban dan tanggung jawab khusus. Mata air kedua yang mencapai hamba Allah dilaksanakan oleh jenis malaikat yang lain lagi, yang membuatnya menyadari apa saja yang telah dicapainya, agar maju ke level ruhaniah yang lebih tinggi. 
Inilah sebabnya mengapa kadang-kadang seseorang mendapati dirinya dalam keadaan buruk yang sangat dia sesali, dan sekonyong­konyong keadaan itu menuju kepada keadaan yang kita sebut faraj, sebuah bukaan (kesempatan) positif untuk mereka dalam kehidupan mereka, yang membawa mereka kepada kebahagiaan.
Jenis manusia yang menjadi diri kita bergantung pada amal kita, yang baik dan buruk; pada posisi baik dan buruk yang kita ambil dalam hidup ini, dan pengaruh baik dan buruk yang kita miliki di sekitar kita. Ini adalah dasar bagi ilmu psikologi (`amal al-nafs), yang mengungkapkan psikologi dan kepribadian seseorang. Tetapi, ilmu seperti itu tidak dapat menentukan level ruhaniah seseorang. 
Sementara level pertama dan kedua diselenggarakan kepada masing­masing orang oleh malaikat, mata air ketiga berbeda. Pada Hari Perjanjian, ketika semua hanyalah atom di Hadirat Ilahi, ketika Allah menciptakan jati diri anda, rahasia anda, dzat anda, Dia juga menetapkan anda dalam asuhan Mursyid anda, yang membimbing anda melalui tataran jiwa anda kepada peran yang ditakdirkan bagi anda dalam hidup ini, dan dalam cara-cara untuk meningkatkan diri anda.
Mursyid ini tahu ilham apa yang dibawa para malaikat ke dalam hati anda, membimbing anda kepada hasil yang terbaik, dan menyingkirkan kebimbangan anda. Ketika feyd itu turun kepada anda, Mursyid ini menyalurkannya melalui suatu cara yang akan mengangkat diri anda ke level ruhaniah yang lebih tinggi. 
Jadi, untuk kepentingan murid, Mursyid itu menyeimbangkan hal dan feyd, kondisi di dalam (ruhaniah) bersama-sama dengan kucuran (emanasi) surgawi. Meskipun terdapat ratusan Mursyid at-Tabarruk, Mursyid at-Tazkiyyah, dan Mursyid at-Tasfiyya, dalam setiap abad hanya ada seorang Mursyid at-Tarbiyya: seseorang yang membawa Bendera Irsyad (petunjuk). 
Dia adalah sumber, mata air yang mengalir dari jantungnya ilmu. Dia menerima petunjuk langsung dari Nabi e dan menyalurkannya kepada semua Awliya lainnya. Sementara terdapat 124.000 Awliya yang berbeda-beda pada setiap saat, hanya ada satu pewaris Nabi e. Dia memiliki kemampuan dan izin untuk mengangkat Awliya, dan (pada gilirannya) mereka ini dapat mengangkat kita semua. 
Ketika Mursyid at-Tarbiyya meninggalkan dunia ini, dia menyerahkan warisan yang diterimanya dari Nabi e kepada wali lainnya. Dengan cara ini, pada setiap saat hanya ada seorang Mursyid at-Tarbiyya di dunia ini. Allah meberikan izin kepada Nabi e–dan dari Nabi e kepada Mursyid itu-–untuk memiliki kontak dengan semua Awliya, bahkan yang telah berada dalam hayyat al-Barzakh.
Untuk mengambil manfaat dari para Awliya (dalam hayyat al-Barzakh), Mursyid at-Tarbiyya itu mengidentifikasi kekuatan dan hal khas apa saja yang mereka miliki masing-masing, yang diambilnya dari mereka dan menyalurkannya kepada Mursyid at-Tabarruk, Mursyid at-Tazkiyyah, Mursyid at-Tasfiyya, dan kepada para pengikutnya.
Namun, hanya mereka yang telah mencapai level murid dalam Thariqat Naqsybandi, yang mencapai level tertinggi dari bimbingan dan yang merupakan pencari pada jalan itu, dapat menuai keuntungan dari Awliya Barzakh, dan bahkan itu pun, hanya melalui Mursyidnya. 
Untuk betul-betul berkomunikasi dengan dan menyerap manfaat dari ruh dalam kubur, seseorang harus sudah menguasai egonya, dan sasaran satu-satunya haruslah Hadirat Ilahi. Orang khusus ini berada di bawah bimbingan Mursyid at-Tazkiyya dan mereka telah mencapai sebuah keadaan keberadaan yang peka di dunia ini.
Makhluk umum (awam) tidak dapat menyerap manfaat dari orang Barzakh karena mereka tidak memiliki koneksi itu, dan karena itu tidak dapat menerima ilham atau bimbingan dari Awliya yang telah pergi ke alam berikutnya, yang tidak lagi menggunakan kekuatan fisik mereka.
Namun orang kebanyakan dapat menyerap manfaat dari Awliya yang masih hidup, karena mereka menyadari hidupnya melalui domain (wilayah) fisik. Sedemikian rupa, Awliya hidup dapat mencapai mereka (orang awam) pada kedua tataran fisik dan ruhaniah. 
Jika seseorang mencari jalan menuju Allah I dalam cara manapun dari empat puluh satu thariqat, dan tidak mencapai level wali bertaraf tinggi, akan datang kepadanya perintah untuk menyelesaikan itikafnya itu di alam kubur. Jangka waktu itikaf tersebut bervariasi dari empat puluh hari sampai lima atau tujuh tahun, dan itu adalah 70.000 kali lebih sukar dibandingkan itikaf di dunia ini. Seseorang yang telah menyelesaikan itikafnya di dunia ini dan yang telah mencapai keadaan keberadaan yang peka di sini di dunia ini, akan lebih tinggi level ruhaniahnya dibanding dengan mereka yang mencapainya saat dalam kubur.
Mata air ketiga datang kepada kita jika kita tetap mematuhi perintah Mursyid at-Tazkiyya, mengikuti bimbingannya, mengikuti jejak langkah Sayyidina Muhammad e, melaksanakan awrad harian khusus yang ditugaskan kepada kita, mempersembahkan dzikrullah dan semua shalat pada waktunya, menjalani semua sunnah Nabi e. Ketika amalan dzahir (lahiriah) ini telah dicapai, hati kita mulai tergerak, seperti seseorang yang bernapas cepat. Jantung bergetar dan murid "tersengat api".
Pada tataran ini, mata air keempat mendatanginya dan dia mulai menerima barakah surgawi, karena dia menerima dari malaikat pada mata air pertama dan kedua, dari Mursyid at-Tazkiyya, mengikuti awrad dan sunnah, mengakibatkan turunnya Rahmat Allah kepadanya. Kini jantung mulai tergetar, dan mata air kelima mendatanginya. 
Setiap Kamis dan Senin, di dalam Majelis Awliya, setiap Mursyid secara ruhaniah mempersembahkan pengikutnya dan amal mereka kepada Nabi Muhammad e. Para murid yang jantungnya tergetarkan dibawa ke hadirat Nabi e, sementara Mursyid sekedar berkata, "Ya Sayyidi, ini adalah murid saya dari ummatmu. Dia mematuhi perintahmu dan mencari Shirat al-Mustaqiim, mengikuti jejak kaki para Awliya."  Allah berfirman dalam al-Quran, "Pertama mereka beriman, kemudian mereka ingkar (kufra), kemudian mereka jatuh sempurna. Kufra di sini bukan masuk kepada keadaan kufr, tetapi lebih kepada arti jatuh kepada dosa. Summa amanu di sini berarti bahwa dia mulai melakukan amal baik, dan kemudian mengikuti jejak Setan, lalu jatuh sempurna. Dia adalah Muslim, namun masih jatuh kepada dosa. 
Pada titik ini, Mursyid at-Tazkiyya berfokus mendalam kepada hati para pengikutnya, mempersiapkan mereka dan membangun mereka agar mereka tidak jatuh kepada perbuatan mungkar. 
Itulah sebabnya dia mempersembahkan mereka kepada Nabi e setiap Kamis dan Senin dalam Majelis Awliya, di mana Nabi e memeriksa apa yang berhasil dilakukan masing-masing Mursyid terhadap diri murid­murid mereka. Jadi jika Nabi e mengamati bahwa murid itu mengikuti sunnah-nya, menjalankan cara-cara para Awliya, dia menjadi amat bahagia dan menerima amal murid itu dan mulai mengarahkan pandangannya kepada murid itu. 
Dari kebahagiaan Nabi e, feyd-–suka cita Allah, Barakah, Cahaya Ilahi­–mulai sampai pada murid itu. Itulah sebabnya Muslim mengatakan (dalam do`a), Unzur Alayna Ya Rasulallah  "Ya Rasulullah e, pandanglah kami, berilah kami sebuah pandangan, sebuah lirikan! Kami berada di bawah tajalli-mu, dengarlah permintaan kami, do`a kami, karena kami memujimu, dan kami tenggelam dalam kesukaran dan kami minta engkau mengangkatnya." 
Bila Nabi e suka cita dengan murid Syaikh itu, dia akan memandang orang itu, mengangkatnya, dan barakah Allah mendatangi murid itu. Ketika dia diangkat, jantung murid itu akan berdegup dalam ekstasi, berputar, berputar-melayang-bentuk-spiral dalam cinta Allah secara penuh.
Kemudian Allah mengilhami murid itu untuk mencapai mata air keenam. Pada tataran ini, apabila murid itu mulai membaca al Quran­–kalimat Allah yang berusia ribuan tahun—Allah menugaskan sebuah tajalli untuk setiap huruf, kata dan ayat, yang secara diam-diam menuju sasarannya, yaitu hati murid tersebut, di mana (tajalli) itu memberikan efek perubahan. Tanpa tajalli tersebut, tak ada perubahan.  Seseorang dapat saja membaca al-Quran siang-malam, dan memberi penafsiran apa yang dibacanya sesuai dengan pemahaman terbatasnya, mendapatkan hikmah darinya, dan bahkan menjadi tercerahkan.
Tetapi seseorang tidak dapat memiliki pengelihatan (penampakan, visi) kecuali tajalli itu datang bersamaan dengan bacaan, yang akan mendatangi anda bila Nabi e bersuka cita kepada anda, yang menyebabkan Allah membuka tajalli itu.
Setelah seseorang memasuki enam mata air dengan tataran yang berbeda ini, Allah memperkenankan mereka untuk mencapai mata air ketujuh, di mana Dia membuka rahasia jati diri kelahiran mereka.
Mata Air Kesucian
Nabi e bersabda : Seorang bayi terlahir dalam kesucian (fitrah). Nabi e juga bersabda bahwa jika pipa seorang hamba masih tersambung dengan asal-muasalnya, dengan sumber surgawinya, Allah akan membuka baginya "Sumber Kesucian", fitrat al-Islam, mata air ketujuh.
Saluran ini adalah seperti pipa, air mengalir langsung dari sumber asalnya sampai ke ujung cabang pipa, yang menyambungkan murid itu dengan alam al-arwah. Pipa itu masih tetap di sana.  Kebenaran khas kita datang dari esensi (dzat) kita, atom yang diciptakan Allah pada Hari Perjanjian, hari alastu bi rabbikum qaalu bala, ketika Allah bertanya kepada setiap diri kita, "Bukankah Aku Rabb-mu dan engkau adalah hamba-Ku?" dan kita menjawab, "Ya!" Sejak saat itu, ibadullah, hamba Allah, telah berada dalam keadaan beribadah sampai ruh mereka mencapai rahim ibu mereka. Sejak hari itu setiap ruh tetap berada dalam keadaan beribadah berkesinambungan, tanpa henti. Pada peristiwa surgawi tersebut, Allah menetapkan tugas bagi setiap ruh, dan malaikat yang akan membantu mereka dalam ibadah mereka. 
Dalam keadaan peribadatan seperti itu, setiap ruh terlibat dalam peribadatan murni kepada Rabb mereka, tanpa syirik. Allah  I boleh memilih untuk mengangkat siapa pun dan memberikan feyd-Nya pada mereka.
Dalam setiap saat, Allah memakaikan hamba-Nya busana anwar al­nabi yang pertama kali dipakaikan-Nya kepada Nabi e, dan dari Nabi e kepada para Anbiya dan Awliya, dan dari Awliya kepada orang-orang lainnya. Persis sebagaimana Sayyidina Adam u dipakaikan busana oleh Allah di Surga, setiap saat Allah memakaikan busana pada hamba-Nya yang sedang berada di Hadirat Ilahi-Nya dengan 70.000 tajalli yang berbeda-beda. Surga adalah keberadaan yang selalu hidup, di mana tidak terdapat sakit dan bahaya. Semua hamba Allah, semua ruh, tinggal di Surga sebelum mereka dilahirkan ke dunia ini. 
Di sana Allah memahkotai semua orang dengan Keceriaan Ilahi, dan dengan Sifat al-Jamaal.
Mereka secara sempurna murni berada dalam keceriaan itu, dan dari kedalaman keadaan demikian itu mereka menginginkan cinta dan keindahan yang puncak, yaitu dari busana Sifat al-Jamaal lillahi ta’ala. Setiap orang yang lahir ke dunia, awalnya lahir di Surga. Ketika saatnya tiba, dia muncul ke dunia melalui rahim ibunya. Itulah sebabnya setiap bayi menangis ketika dilahirkan, oleh kesakitan dan kejutan akibat berpisah dari Hadirat Suci. Pada saat kelahiran ke dunia ini, semua bayi memanjatkan do`a, bermohon kepada Allah untuk membolehkan mereka untuk kembali ke tempat Hadirat Suci itu. Beberapa bayi langsung meninggal begitu dilahirkan, karena Allah menerima do`a mereka dan mengambil mereka kembali! Tidak satu pun bayi yang datang ke dunia dengan tertawa atau tersenyum; mereka menangis! Hanya Nabi e yang tidak menangis ketika beliau datang ke dunia; beliau langsung menyebutkan ummati ummati, "Ummatku, ummatku," dan langsung bersujud (sajdah), memohon Allah untuk melindungi ummatnya. Sayyidina Isa u juga tidak menangis ketika datang ke dunia; beliau berkata, inni `abdullah! "Aku hamba Allah!"
Bayi menangis ketika dilahirkan, karena mereka takut bahwa sekarang mereka tergoda kepada dosa dan tidak tahu harus berbuat apa. Nabi e berkata bahwa ketika seorang bayi terlahir, orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani atau seorang pemuja api (Zoroastrian), padahal sesungguhnya dia sudah seorang Muslim, karena `ilm dan ibadah surgawi yang telah melekat padanya tidak dapat digelapkan. Jadi, jika bayi itu datang ke dunia dan mulai menyimpang dari apa yang dipelajari sebelumnya di Surga, dia menjadi terselubung terhadap kekuatan surgawi. 
Jika orang tuanya tidak mengamati (melaksanakan) tahap-tahap tuntunan ritual kemurnian dan peribadatan, jika mereka diperkenalkan kepada perilaku buruk yang berbeda-beda, dia akan terselubung dari Kebenaran Ilahi.
Pada saat terlahir dia masih dapat melihat, dia masih memiliki kaitan secara samar-samar dengan Surga, namun ketika dia telah terselubungi penampakan itu, seluruhnya akan tertutup. Tetapi, dengan Rahmat-Nya, Allah mengawetkan (menyimpan) semua berkah dan cahaya yang terkait dengan ibadah bayi itu di Surga! Jadi ketika dia mencapai usia dewasa, Allah mengembalikan kepadanya manfaat dari semua ibadahnya yang dilakukan di kehidupan ruhaniah di Hadirat Ilahi.
Boleh jadi orang itu berbuat dosa dan taubat, berdosa lagi dan bertaubat lagi, tetapi dia masih memiliki kredit ibadah yang dilakukan di alam sebelumnya itu. Itulah sebabnya jika seseorang dikembalikan kepada hati mereka, mereka merasa bahagia. Kadang-kadang anda merasa begitu bahagia dan anda tidak mengetahui apa sebabnya. Tidak ada alasan atau penjelasan, bahagia begitu saja. Anda merasa ringan, tanpa masalah. Allah tahu bahwa anda adalah seorang hamba yang taat, dan Dia membuka lebih banyak untuk anda dari Hadirat Surgawi itu, yang mengisi hati anda, maka anda mendapati diri anda berada dalam keadaan puas. Tentang hal ini Allah berfirman, ala bi dzikr-ullahi tatma-innul qulub, "Dalam mengingat Allah, hati menemukan kepuasan, rileks!"
Raga manusia adalah sebuah bentuk fisik yang tunduk kepada hukum fisik. Dia itu padat dan gaya tarik bumi menariknya ke bawah, mengekangnya ke bumi. Jika kita menggunakan contoh sebuah silinder metal yang diisi dengan gas helium, awalnya silinder itu berat. Namun, dengan mengganti isi silinder yang tadinya metal dengan helium, silinder itu menjadi seperti balon yang diisi helium, yang akan mengangkatnya ke atas, ke atmosfir. Ketika Allah memulihkan semua dzikir anda yang dilakukan sebelumnya, itu akan mengisi anda seperti halnya sebuah balon helium, dan anda akan merasa ringan. Ketika ibadah dan dzikir anda sebelum ini mengisi penjara raga anda dan Allah melepaskan energi suci itu, itu akan menyeimbangkan diri anda antara kedua dunia dan membuat anda merasa bahagia. Dengan perintah Allah kepada Nabi e, dan dari Nabi e kepada Awliya yang bertanggung jawab sebagai Mursyid at-Tarbiyya anda, energi itu dilepaskan. Dia mengangkat anda ke atas dan merubah sistem anda, membebaskan anda secara sempurna dari segala macam depresi sehingga anda merasa rileks. Anda tersambung kembali dengan jati­diri anda sebelumnya, yang karena (ulah) diri sendiri dan kegelapan dunia ini, menyebabkan anda tidak dapat melihatnya, dan anda akan mulai melihat sesuatu, yang orang lain tidak dapat melihatnya.
Mengikuti jejak Sayyidina Jalaluddin Rumi k, Thariqat Mevlevi (Mawlawiyyah) mempraktekkan sebuah bentuk gerak berputar yang mendorong mereka kepada keadaan santai (ekstasi), ketika Allah melepaskan tenaga suci itu kepada Nabi e, dan Nabi e melepasnya kepada para Awliya. Inilah yang dialami oleh Sayyidina Jalaluddin Rumi k. Ketika anda ke atas, anda tidak bergerak lurus–anda berputar!
Ketika helikopter naik, baling-balingnya berputar, menimbul tenaga yang mengangkatnya lepas landas.
Pengikut Jalaluddin Rumi k tidaklah sedang menari, melainkan berputar mengikuti energi yang membawanya ke atas.
Kebenaran tentang putaran adalah seperti elektron berputar mengelilingi inti atom (nukleus). Ketika Allah melepaskan energi itu, Jalaluddin Rumi k berputar mengelilingi jati diri (esensi)-nya, diri yang sesungguhnya. Itu menghubungkan dirinya langsung kepada jati dirinya yang berada di Hadirat Ilahi (pada masa Hari Perjanjian), dan dia sangat terkejut dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadanya. Ketika Muslim melakukan ibadah hajji, kita melaksanakan thawaf seperti halnya elektron mengelilingi (circumambulate) nukleus, berlawanan arah dengan gerak jarum jam. Ini membuat kita berputar, agar mengangkat kita ke langit. Terdapat level thawaf spiritual yang lebih tinggi di atas semua orang. Para Awliya membuat thawaf secara spiritual lebih tinggi dari semua orang, dan malaikat membuat thawaf di atas mereka, naik langsung sejauh menuju Baytul Ma’mur, sampai kepada `Arsy.
Segala sesuatu harus berputar mengelilingi jati dirinya. Jati diri atom terletak di nukleus. Elektron itu mencerminkan energinya, bergerak mengelilingi pusat. Kita harus berputar mengelilingi jati diri kita. Jika kita dapat mengungkapkan jati diri dan energi kita, dan membuat energi kita mengelilingi jati diri kita, pada saat itu kita dapat mengangkat raga kita-–seperti halnya gas yang dimasukkan ke dalam balon. Dalam tahap seperti itu kita dapat terbang.
Ini adalah kekuatan ilmu mata air ketujuh: "mata air kesucian" dari Islam, yang dianugerahkan Allah kepada setiap orang. 
Sebagai tambahan, Allah menghadiahi orang beriman dengan semua manfaat yang diperoleh orang tak beriman melalui cahaya spiritual dari Hari Perjanjian, sampai saat mereka (orang tak beriman tadi) terlahir ke dunia.
Itulah sebabnya mengapa orang beriman terangkat naik begitu cepat. Sebagai contoh, jika kita katakan, "Ini terdapat 100 keping emas yang akan dibagi di antara mereka yang membutuhkannya." 
Jika seratus orang memerlukan keping itu, setiap orang akan mendapat sekeping per orang. Jika hanya 10 orang yang memerlukannya, masing-masing akan mendapat 10 keping, dan begitu seterusnya.
Setiap orang yang beriman dan taat kepada Allah  I dan Nabi-Nya, dan mengikuti pesan Ilahi dan Jalan (thariqat) Syaikh mereka, khususnya Mursyid at-Tarbiyya, dia akan mewarisi berkah besar sekali yang dikaruniakan Allah kepada semuanya pada Hari Perjanjian, dan keuntungan (manfaat) ibadah semua orang tak beriman sejak Hari itu sampai mereka datang ke dunia. 
Selanjutnya, di waktu kini ketika korupsi begitu meluas, orang beriman mendapat lebih banyak lagi jatah manfaat. Nabi e mengatakan, min ahiya sunnati inda fasadi ummati falahu ajrun sab’iina syahiid aw miya syahiid, "Ketika semua orang meninggalkan sunnah-ku, ketika korupsi melanda ummatku, Allah akan menganugerahkan kepada mereka yang menghidupkan satu sunnah, hadiahnya adalah pahala tujuh puluh atau seratus syuhada." Ini meliputi rakaat shalat sunnah, memakai cincin, memelihara jenggot, menggunakan miswak, dan sunnah Nabi e yang mana saja.
Karena mereka ini tidak memenuhi janji mereka kepada Allah untuk beriman dan beribadah (menyembah) hanya kepada-Nya saja, Allah telah memilih untuk menyerahkan manfaat ibadah (persembahan) mereka waktu yang lalu itu kepada mereka yang memenuhi janji yang telah diucapkan pada Hari Perjanjian tersebut. Itulah sebabnya ajr (pahala) menjadi meningkat pada hari-hari terakhir ini.  Jadi ini adalah ringkasan dari mata air ketujuh, yang dapat dicapai melalui putaran di sekitar jati diri anda. 
Ketika feyd mendatangi anda, anda akan mengalami setiap saat berada dalam keadaan ekstasi berkesinambungan, yang tidak henti sampai pada hari anda meninggalkan dunia ini. Anda akan mencapai level di mana Allah berfirman, mutu kabla anta mu’tu, "Matilah (kuasai egomu) sebelum engkau mati."
Nabi e berkata, "Jika engkau ingin melihat seseorang yang meninggal sebelum dia mati, lihatlah pada Abu Bakar ash-Shiddiq y." 
Itu artinya Sayyidina Abu Bakar y mampu menguasai egonya dan musuh yang empat–nafs, dunya, hawa, syaythan. Jadi ketika seseorang mengikuti jejak Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq y, itu akan membawanya kepada Jalan Sayyidina Muhammad e, yang menuju kepada keadaan ekstasi, di mana dia berputar mengelilingi jati dirinya dalam kecepatan sangat tinggi yang menyebabkan mereka naik! Apabila mereka naik, tak ada satu pun yang dapat menghentikan mereka untuk naik lebih tinggi lagi. 
Seperti sebuah tornado: dia terus berputar sampai tidak terlihat lagi, karena dia terangkat dari bumi. Pada level yang lebih tinggi ini, seseorang menciptakan sebuah lingkungan ideal yang tidak memiliki friksi, tiada kegelapan, tiada nafsu buruk, tiada dosa, dan tiada dunia. 
Dalam lingkungan demikian seseorang melanjutkan jalannya menuju Hadirat Ilahi yang Allah ingin mereka mencapainya. Itulah sebabnya Awliya tidak mengejar dunia, karena bagi mereka, dunia tidak memiliki nilai. Mereka sibuk dengan kesuka-citaan surgawi, keadaan ekstasi berkesinambungan yang selalu meningkat setiap saat, yang dalam lingkungan mereka mengecilkan dunia menjadi nihil. Banyak pihak yang mencela para darwis (sebutan untuk para pengikut Jalaluddin Rumi k) yang duduk di sudut membaca dzikr-ullah, karena mereka itu tidak tahu kebahagiaan macam apa yang dialami para darwis ini! Jika satu berkas kecil cahaya saja yang terbuka dari Cahaya Ilahi yang menyinari para darwis, itu akan menenggelamkan seluruh isi dunia ke dalam ekstasi itu. 
Jadi buat apa para darwis itu mau meninggalkan ekstasi itu untuk dunia? Sasaran setiap mukmin dan Muslim adalah berbuat amal baik, sehingga ketika dia berhadapan dengan Rabb-nya di Hari Pengadilan, Allah suka cita (ridha) dengannya. Para darwis ini sudah mencapai level itu! Semoga Allah mengampuni kita, dan menolong kita untuk mengerti Jalan para Awliya.
Janganlah terpenjara di dalam diri anda sendiri, terbelenggu pada ego anda dan empat musuh itu–nafs, dunya, hawa, syaythan–-jadilah manusia bebas! Jika tidak, anda akan menjadi pecundang pada Hari Pengadilan. Janganlah meminta untuk menjadi yatim! 
Dalam seluruh kehidupan mereka, yatim mengalami nar al-hasra, api yang membakar dari dalam, yang disebabkan oleh sebuah kehilangan sesuatu yang sangat berharga.
Janganlah kehilangan ayah pertama anda, yaitu Mursyid anda! Jangan menjadi seorang yatim tanpa seorang Mursyid! Temukan pembimbing anda! Temukan Mursyid at-Tarbiyya, yang dapat mengangkat anda. Jangan membuat kesalahan dengan berpikir bahwa anda tidak memerlukan seorang pun, bahwa anda dapat melanjutkan jalan langsung tanpa seorang pembimbing. 
Pertahankan ayah spiritual yang membimbing anda menuju Allah. Mursyid at-Tarbiyya akan membuat anda bahagia di kehidupan ini dan di Akhirat, menarik anda ke level Ilahiah anda melalui bimbingannya.
Jika anda mengikuti petunjuknya, anda akan menarik (menyedot) feyd al-ilahi, pengejawantahan berkah Allah. 
Wa min Allah at-Tawfiq. Dan kesuksesan adalah dengan (bersama) Allah. Bihurmat al habiib wa bi hurmat al-Faatiha.  Demi kehormatan yang terkasih dan demi kemuliaan Surat al-Fatiha. 

-- 0 0 0 -­